Termasuk Iman Kepada Allah: Sabar Atas Segala Takdirnya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Firman Allah Ta’ala (artinya):
“Tiada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taghabun: 11)
‘Alqamah (‘Alqamah bin Qais bin ‘Abdullah bin Malik An-Nakha’i. Salah seorang tokoh dari ulama tabi’in. Dilahirkan pada masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Meninggal th. 62 H / 681M) menafsirkan iman yang tersebut dalam ayat ini dengan mengatakan:
“Yaitu: orang ketika ditimpa musibah ia meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridha dan pasrah (atas takdir-Nya).”
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Ada dua perkara masih dilakukan orang, padahal kedua-duanya adalah kufur, yaitu: mencela keturunan dan meratapi orang mati.”
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu yang artinya:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian dan menyeru dengan seruan jahiliyah.”
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman baginya di dunia; sedang apabila Allah menghendaki keburukan pada seorang hamba-Nya maka Dia menangguhkan dosanya sampai Dia penuhi balasannya nanti di hari Kiamat.” (HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sungguh, besarnya pahala setimpal dengan besarnya cobaan; dan sungguh, Allah Ta’ala apabila mencintai suatu kaum, diuji-Nya mereka dengan cobaan. Untuk itu, barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan dari Allah, sedang barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan dari Allah.” (Hadits hasan, menurut At-Tirmidzi)
Kandungan tulisan ini:
* Tafsiran ayat dalam surah At-Taghabun. Ayat ini menunjukkan keutamaan sabar atas segala takdir Allah yang pahit, seperti musibah; dan menunjukkan pula bahwa amal termasuk dalam pengertian iman.
* Sabar terhadap segala cobaan termasuk iman kepada Allah.
* Disebutkan hukum tentang perbuatan mencela keturunan.
* Ancaman keras terhadap orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian dan menyeru dengan seruan jahiliyah (karena meratapi orang mati).
* Tanda apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya.
* Tanda apabila Allah menghendaki keburukan kepada hamba-Nya.
* Tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
* Dilarang bersikap marah dan tidak sabar atas cobaan yang diujikan Allah.
* Pahala bagi orang yang ridha atas cobaannya.
Dikutip dari buku: “Kitab Tauhid” karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da’wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
(kumpulan artikel an-najiyah)
Hi. Wow menarik artikel ni… tahniah admin.
Makasih makasih